Rabu, 18 Juni 2008

Melacak jejak zionis dan salib di balik gerakan salafy

MELACAK JEJAK ZIONIS dan SALIB

DI BALIK GERAKAN

“SALAFI”

Oleh : Abul Fatih Zakaria As Salafi

Segala puji hanya untuk Allah semata. Shalawat salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah shallallah ‘alaihi wa aalihi wa sallam, para sahabat beliau serta seluruh pengikut beliau.

Saat ini, kamum muslimin di seluruh dunia sedang mengalami cobaan yang sangat berat. Mulai dari pelecehan Masjidil Aqsha, tempat suci ketiga ( Al Haram Ats Tsaslits ) kaum muslimin, pembantaian di kaum muslimin di Palestina, Kashmir, Patani, Mindanao, penjajahan atas Afghanistan, Irak dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa dunia yang menguras air mata kaum muslimin. Dan setelah kita meneliti berbagai peristiwa tersebut, walaupun dengan analisis yang sederhana, kita akan melihat adanya suatu persekongkolan dunia untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin yang dipimpim oleh Yahudi Israil dan Salib Amerika/ Eropa. Hal ini nampak jelas ketika kita melihat bagaimana Israil di anak emaskan oleh PBB, bagaimana Amerika membela dengan vetonya setiap kali PBB akan menjatuhkan sekedar kritik terhadap Israil, bagaimana Iran di cari-cari kesalahannya dalam soal nuklir, padahal Israil sendiri yang memiliki ratusan hulu ledak nuklir tiada sedikit pun disentuh.

Yang paling jelas adalah pada setiap serangan yang dilakukan oleh Amerika C.s. terhadap negara-negara muslim. Betapa sangat transparannya keinginan mereka untuk menjadikan setiap negara muslim untuk menjadi lemah dan tergantung kepada mereka. Kebencian mereka terhadap Islam dan kaum muslimin sudah sedemikian jelasnya dengan mencari-cari kesalahan pada negara-negara muslim sebagai alasan penyerangan. Seperti pada kasus Afghanistan atau Irak. Atau pada boikot mereka terhadap Hamas yang memenangkan pemilu di Palestina secara demokratis. Atau pada sabotase terhadap kemenangan partai Islam FIS( Front Islamique du Solut ) di Al Jazair pada tahun 1991. Dan nampaknya kebencian dan permusuhan Yahudi Israil dan Salib Amerika/Amerika ini tidak terbatas pada madzhab Islam tertentu. Semua kaum muslimin dari segala madzhab menjadi target mereka. Semua tinggal soal waktu dan giliran saja. Iran dan Hizbullah Lebanon yang Syiah, Afghanistan, Kashmir, Moro dan Cechnya yang Sunni, semuanya menjadi target kebencian dan permusuhan Salib Amerika/Eropa dan Yahudi Israil.

Di tengah berbagai bencana seperti ini, Allah masih menyalakan izzah (harga diri ) kaum muslimin. Di mana-mana kaum muslimin bekerja sama menyongsong tantangan kafir ini dengan ukhuwwaah yang kokoh. Hamas yang Sunni bekerja sama dengan Hizbullah yang Syiah melawan Israel. Bahkan dalam peristiwa tukar menukar tawanan antara Hizbullah dan Israil, pihak Hizbullah lebih mendahulukan pembebasan tawanan Palestina yang Sunni dari pada tawanan sesama Hizbullah. Bahkan ketika pemerintahan Hamas mendapat embargo ekonomi dari dunia barat, hanya Iran lah yang membuka tangan untuk mengucurkan dana kepada pemerintahan ini.

Keanehan kaum “ salafi “

Di tengah berbagai kesulitan ini, ada dua kelompok yang mengaku Islam, namun sangat aneh sikap politiknya. Yang pertama adalah mereka yang menamakan dirinya kaum Islam Liberal. Aktifitas mereka ini sudah banyak dikenal oleh kaum muslimin. Inti dari gerakan ini adalah tasykiikul aqiidah ( menimbulkan keraguan dalam akidah ) dan istighrabiyyah ( Westernisasi atau pembaratan ) yang dikemas dalam balutan Islam. Dan pada akhirnya gerakan ini bertujuan untuk mengukuhkan cengkeraman kaum salib di dunia Islam

Yang kedua adalah kelompok “ salafi “. Sengaja nama kelompok ini kami beri tanda petik untuk menunjukkan bahwa mereka ini berbeda dengan salafi yang sejati di mana para Imam Salaf seperti Asy Syafi’i, Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal atau Ibnu Sirin menjadi panutan. Kelompok “Salafi” ini biasanya menisbatkan dirinya kepada para “Ulama” Saudi Arabia terutama yang bergabung dalam Hai’ah Kibaril Ulamaa’ ( Lembaga Ulama’ Agung/semacam MUI-nya Saudi ). Seperti Abdullah bin Baz, Ibnu Shalih Al Utsaimin, Fauzan, Nasiruddin Albani, Abdullah bin Jibrin dan lain-lain. Mereka ini kelihatannya sangat getol membela Islam dan Sunnah. Bahkan sering kali mereka mengklaim diri mereka sebagai satu-satunya Thaifah Manshurah ( kelompok yang selamat ). Sementara secara profokatif kelompok salafi gadungan ini sering kali memberi nama kelompok-kelompok lain di luar mereka dengan sebutan-sebutan yang tidak bersahabat atau bahkan tak segan-segan bernuansa pelecehan. Seperti ahlul ahwaa’, ahlul bid’ah, ahlusy syirk, hizbiyyah dan lain-lain.

Padahal, ketika seseorang meneliti dengan cermat alur gerakan mereka, akan tampak dengan jelas hal-hal berikut ini yang, mau tidak mau, kita mempertanyakan,” Jangan-jangan mereka ini agen-agen Zionis. Atau setidaknya menjadi alat Zionis ?!”.

Pertama adalah kita semua tahu bahwa Amerika adalah kakak kembar dari Israil. Tujuan Amerika sama persis dengan Israil. Bahkan Israil dan Amerika pada dasarnya adalah dua tubuh yang memiliki hati yang satu. Sehingga jika kita mengatakan bahwa “ kesalahan Amerika adalah kesalahan Israil dan kesalahan Israil adalah kesalahan Amerika”, maka pernyataan tersebut benar 100%. Penodaan atas Masjidil Aqsha dan pembantaian rakyat Palestina dan Lebanon walaupun secara fisik dilakukan oleh Israil, namun pada dasarnya dilakukan oleh Amerika. Karena Amerika memberikan dukungan total kepada Israil dalam masalah ini, baik secara politis, militer amupun ekonomi. Sebaliknya, pendudukan Afghanistan dan Irak walaupun secara fisik dilakukan oleh Amerika, namun pada dasarnya dilakukan oleh Israil. Sebab Israil juga memberikan dukungan total kepada kepada Amerika dalam masalah ini, baik secara politis, militer maupun ekonomi.

Nah, Amerika yang sedemikian busuknya ini diundang oleh pemerintah Saudi Arabia dengan persetujuan Hai’ah Kibaril Ulamaa’ untuk bersama-sama “ mengawal “ Haramain ( Makkah dan Madinah ). Bukan untuk waktu sementara. Namun untuk waktu yang tidak terbatas. Dengan sikap tersebut, mereka ( Para penguasa saudi dan khususnya anggota hai’ah ) berarti telah membuat suatu bid’ah. Bukankah Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa ashhaabihi wasallam bersabda,

“Sungguh aku hendak mengeluarkan kaum Yahudi dan Nasrani dari jazirah Arab” ( H.R. Muslim ).

Memang, terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama’ dalam meminta bantuan terhadap orang kafir. Namun perbedaan pendapat itu berlaku untuk daerah luar Jazirah Arab. Dengan hadist ini, sungguh, mengundang kekuatan kafir di Jazirah Arab menjadi suatu perbuatan bid’ah. Dan sikap inilah yang dipegang oleh para Khalifah, mulai masa Khulafa’ Ar Rasyiduun, Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah hingga Bani Utsman. Hingga jika kita membuka lembaran-lembaran sejarah, kita tidak akan menemukan sebuah informasi pun yang menunjukkan bahwa Khalifah dari suatu era, sedzalim apapun Khalifah itu, mengundang kekuatan Salib/Yahudi di Jazirah Arab. Anehnya, hai’ah kibaril ulama’ sebagai guru dari kaum “ salafi “ seluruh dunia memberikan dukungan keluarga Bani Saud dalam masalah ini.

Keputusan mengundang kekuatan Amerika di Jazirah Arab tersebut bukan hanya membawa kaum “salafi” kepada bid’ah dholalalah. Bahkan dengan keputusan tersebut, kita pantas meragukan kualitas keimanan mereka. Bukankah allah telah berfirman,

‘” Tidaklah kaum mukminin mengambil orang-orang kafir sebagai awliyaa’ ( penolong/teman dekat ) selain dari orang-orang beriman ( Q.S. Ali Imraan : 29 ).

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa diantara sifat orang beriman adalah tidak mengambil orang kafir sebagai wali ( penolong/teman dekat ). Masih banyak ayat lain yang melarang kaum beriman untuk berwala’ ( minta pertolongan ) kepada kaum kafir khususnya Yahudi dan Nasrani. Dan semuanya dikaitkan dengan keimanan. Karena itu, sudah tentu kualitas tauhid para penggede kaum “ salafi “ yang mengizinkan berpangkalnya 10.000 pasukan Amerika/Israil di Jazirah Arab pantas untuk diragukan. Mengapa mereka tidak mengundang TNI atau Tentara Diraja Malaysia, atau tentara Mesir atau tentara Iran ? Atau mereka bisa membentuk Aliansi Tentara Negara-Negara Islam misalnya. Okelah, misalnya mereka berargumen bahwa seluruh kaum musliin di dunia ini sesat dan ahli bid’ah kecuali pegikut “ salafi “. Namun bukankah bid’ah masih muslim. Sementara Amerika Cs. Bukan hanya kafir, namun juga jelas-jelas memusuji Islam dan kum muslimin dalam setiap tindakannya. Mengapa kaum “ salafi “ menutup mata terhadap dukungan total Amerika terhadap segala kejahatan Israel dan penodaannya terhadap masjidil Aqsha ?! Pantaskah Amerika yang seperti ini dipercaya untuk mengawal Jazirah Arab ?! Wallahi, ini benar-abenar suatu keanehan. Lagi pula, bukankah selama ini limpahan uang mengalir deras ke Saudi. Terutama dari sektor tambang, dan ziarah keagamaan ( haji dan Umrah ). Menjadi pertanyaan kita adalah mengapa hai’ah membiarkan pemerintah Saudi menjadi negara yang selalu bergantung dengan Amerika dalam bidang militer. Padahal Iran dengan dana yang jauh lebih rendah dari Saudi mampu menjadi negara yang perkasa dan mandiri. Dan ironisnya, ternyata dari sekian banyak senjata Saudi dari Ameika ini, tidak satu peluru pun yang jatuh di Palestina dalam rangka pembebasan Al Aqsha. Sebaliknya, justru rudal-rudal, kapal induk dan pesawat tempur Amerika yang meluncur dari Saudi melumatkan Iraq dan Afghanistan.

Lebih aneh lagi, mereka dengan tidak malu mengaku sebagai kaum tauhid sejati dan menuduh Iran serta Hizbullah yang berani menentang Thaghut Amerika sebagai Musyrik. Padahal jelas sekali, kaum “salafi “ lebih bertawakkal kepada Amerika. Sementara Iran dan Hizbullah berani menentang Amerika dan Israil karena mereka bertawakkal kepada Allah. Bukan berarti saya setuju dengan madzhab Syi’ah. Namun dalam masalah doktrin pertahanan, Afghanistan ( Taliban ), Iran dan Hizbullah jauh lebih mencerminkan sikap seorang mukmin dari pada para anggota Hai’ah Kibaril Ulamaa’ yang menseponsori diundangnya tentara Salib Amerika di jazirah Arab.

Kedua, ketika intifadhah Palestina meletus, sebuah saat rakyat Palestina dibantai oleh anjing-anjing Yahudi, dedengkot kaum “salafi “ Nashiruddin Albani bukannya berfatwa agar Kerajaan Saudi mengerahkan pasukan tempur ke Palestina membantu kaum muslimin di sana.Atau paling tidak menembakkan satu saja peluru senapan ke Palestina sebagai bentuk solidaritas Islam bagi kaum muslimin Sunni Palestina. Atau paling tidak membentuk aliansi kekuatan Islam sebagaimana kekuatan Salib bergabung dalam NATO pimpinan Amerika. Atau memfatwakan penggalangan bantuan kepada Palestina, baik berupa bantuan persenjataan, ekonomi maupun diplomasi. Al Bani justru menfatwakan suatu hal yang teramat sangat ganjil ( kalau bukan dikatakan bodoh ) yaitu agar kaum muslimin Palestina meninggalkan Tanah Airnya. Fatwa ini sama saja dengan memerintahkan kepada kaum muslimin Palestina untuk menyerahkan Masjidil Aqsha kepada Yahudi secara gratis. Padahal Yerusalem direbut pada masa Khalifah Umar dengan pengorbanan ribuan Sahabat Nabi. Pada masa Sholahuddin, seorang Sultan perkasa dari Bani Ayub, Yerusalem direbut dari tangan kaum Salib juga dengan pengorbanan ribuan mujahid Islam dari berbagai bangsa. Ketika Sultan Abdul Hamid II, Khalifah dunia Islam dari Bani Utsmani dirayu oleh Yahudi agar menyerahkan Yerusalem kepada Yahudi denga imbalan uang. Namun dengan tegas beliau menolak permintaan tersebut. Bukan hanya itu. Sultan Sufi anggota Tarekat Syadziliyah ini malah meludahi wajah utusan Yahudi tersebut. Sementara Sementara Nasirudin Albani menghimbau kepada rakyat Palestina untuk menyerahkan Masjidil Aqsha secara gratis kepada Israil Yahudi. Apakah ini bukan suatu keanehan ?!

Ketiga, sekitar bulan Juni 2006 lalu, Israil menyerang Palestina secara membabi buta akibat salah seorang pasukannya tertangkap saat merazia Palestina. Dalam serangan ini, rumah-rumah rakyat dan gedung-gedung pemerintah dihancurkan. Anak-anak, wanita dan masyarakat tak berdosa banyak menjadi korban pembantaian. Sungguh menydihkan kondisi saat itu. Dalam situasi yang seperti ini, hai’ah kibaril Ulama’ tidak memberikan respon sama sekali. Bahkan pemerintah Saudi malah menyalahkan pemerintah Palestina. Padahal seluruh dunia Islam saat itu, bahkan termasuk juga negara-negara non Muslim mengecam aksi Israil ini.

Kemudian, kaum muslimin Lebanon baik Syiah ( Hizbullah ) maupun Sunni Libanon maju membantu bangsa Palestina. Hingga kemudian berkobarlah perang Lebanon yang mempermalukan militer Israil. Nah, dalam perang Lebanon ini, hai’ah bukannya berfatwa kepada dunia Islam untuk membantu korban perang Libanon. Mereka bahkan mengharamkan membantu kaum muslimin Lebanon. Padahal yang berperang melawan Israil bukan hanya kaum Syiah. Namun juga kaum Sunni. Bahkan Hizbullah yang Syiah menyerang Israil karena membantu warga Palestina yang Sunni.

Sikap aneh seperti ini juga dilakukan hai’ah saat Amerika menyerang Afghanistan pada tahun 2001. Saat itu, seluruh kekuatan kafir dari berbagai negara, agama dan madzhab bersatu padu menyerang Pemerintah Islam Taliban. Hampir seluruh negara Islam, termasuk Indonesia mengecam derangan ini. Dalam situasi seperti ini, hai’ah justru berfatwa agar Pemerintah saudi memutuskan hubungan dengan Afghanistan ( Tanggal 29 September 2001 ). Bukan hanya itu. Mereka juga menyediakan Jazirah Arab sebagai pangkalan serangan Amerika tersebut. Apakah salah Taliban terhadap Saudi ? Apakah keuntungan Islam dan kaum muslimin jika Afghanistan dikuasai oleh Amerika ? Yaa Allah, siapa sebenarnya dibalik gerakan “ salafi “ ini ?!

Keempat, selama sekian ratus tahun gerakan politik Saudi selalu tidak peka terhadap gerakan Khilafah. Pada tahun 1902, di masa Khalifah Abdul Hamid II ( 1293-1328 H. ), kaum “salafi” dibawah pimpinan Abdul Azis bin Saud dengan bantuan Ingris merebut kota Riyadh dan membunuh wakil Khalifah di sana. Padahal saat itu Khalifah Abdul Hamid sedang gencar-gencarnya menggelorakan Pan Islam ( persatuan Islam ) dengan mengirimkan dai-dai ke seluruh dunia Islam. Sepeninggal wafatnya Raja Faishal rahimahullah ( semoga Allah merrahmatinya ), sikap politik pemerintah Saudi dengan rekomendasi hai’ah selalu selaras dengan Amerika dan secara tidak langsung juga selaras dengan Israil. Sebagai contoh, ketika Amerika menentang serangan Soviet di Afghanistan, maka pemerintah Saudi pun turut membantu Jihad di Afghanistan. Hai’ah pun berfatwa mendukung Jihad ini. Namun ketika Amerika berniat hendak menggulingkan Taliban, hai’ah beserta Pemerintah Saudi pun ikut mengekor dengan membantu serangan Amerika tersebut.

Penutup

Saat ini di Amerika sedang heboh dengan beredarnya sebuah buku yag berjudul “ A Plan To Divid and Destroy The Theology ( Rencana untuk memecah belah dan merusak agama/Islam ) “. Buku ini ditulis oleh seorang agen CIA bagian seksi Kontra Syiah bernama Michael Brant. Ia dipecat karena terlibat korupsi di CIA. Dalam buku tersebut, ia memaparkan bahwa Amerika menggelontorkan anggaran sekitar 900 juta Dollar dalam rangka memecah belah antara muslim Sunni dan Muslim Syiah serta menimbulkan konflik internal antara keduanya. Bahkan juga dalam internal Sunni maupun Syiah.

Sebenarnya jika kita meninjau dari sisi periwayatan hadist, informasi tersebut tidak bisa diterima. Namun jika kita melihat berbagai keputusan pemerintah Saudi selama ini serta mencermati fatwa para dedengkot “ salafi “ selama ini dalam hal-hal yang berkaitan dengan Amerika maupun Israil, maka ada keselarasan dengan berbagai informasi dalam buku tersebut. Karena itu, kita pantas bertanya, jangan-jangan gerakan “ salafi” menjadi kaki tangan zionisme. Atau paling tidak dimanfaatkan oleh zionisme.

Hal ini tampak pada kasus Iraq saat ini. Pada mulanya, kaum Sunni dan Syiah bahu membahu dalam menghadapi penjajah Amerika. Foto-foto Muqtadha ash Shadr sangat mudah ditemui di kawasan sunni, seperti Fallujah, Anbar dan lain-lain. Sebaliknya juga, foto-foto Syaikh Yasin juga sangat mudah ditemui di kawasan Syiah, seperti Sadr City. Hingga kemudian muncul fatwa dari Abdullah bin Jibrin yang menganjurkan meledakkan makam Imam-Imam Syiah. Bin Jabrin adalah ulama “Salafi” nomor dua setelah Abdurrahman al-Barrak. Sebelum ini ia termasuk anggota Dewan Fatwa negara Arab Saudi. Tahun lalu ia mengeluarkan fatwa agar seluruh tempat-tempat suci orang-orang Syiah dihancurkan. Menurutnya, “Jangan biarkan bangunan-bangunan yang kelihatannya indah dianggap sebagai bagian dari Islam. Karena sekalipun bangunan-bangunan ini berada di negara-negara Islam, namun syariat tidak menerimanya. Islam memerintahkan untuk menghancurkan bangunan-bangunan seperti itu” ( Swara Muslim, 14 Juni 2007 ).

Fatwa ini kemudian disusul dengan berbagai aksi nekat kelompok “ salafi” yang meledakkan bom di berbagai kawasan sipil muslim Syiah. Pada tanggal 22 Pebruari 2006, 20 orang teroris memaksa masuk Makam Imam Hasan Askari dan Imam Hadi, dua orang Imam Syiah. Mereka membawa 215 kg bahan peledak dan akhirnya meledakkan dharih kuburan Imam dan membuat kubahnya rusak berat. Seluruh kaum muslimin tersentak atas perbuatan biadab itu.
Kemudian, pada hari Rabu tanggal 13 Juni 2007, anggota kelompok “ salafi “ kembali memaksa masuk ke sirdab, salah satu tempat suci Syiah. Anggota kelompok “ salafi “ ini telah memasuki sirdab sejak jam 3 pagi. Setelah membunuh penjaga sirdab, mereka mulai menempatkan bom di kedua menara Sirdab. Pertama mereka meratakan dengan tanah menara di samping kiri dan lima menit kemudian meledakkan menara sebelah kanan sehingga tinggal setengahnya. Begitu juga atap Sirdab rata dengan tanah. Namun, kali ini tidak ada korban jiwa dari peziarah karena sejak peledakan pertama para peziarah telah dilarang memasuki makam Imam Hasan Askari dan Ali al-Hadi. Akibat dari aksi kaum “salafi” ini, meledaklah perang segi tiga antara Amerika Vs. Sunni, Amerika Vs. Syiah dan Sunni Vs. Syiah. Sudah tentu, dengan konflok segi tiga ini, potensi kaum muslimin menjadi semakin melemah dan sebaliknya semakin mengokohkan kedudukan Amerika. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa ulama’ salafi tidak pernah menfatwakan untuk membongkar dan meledakkan fasilitas Amerika di Saudi dan membunuh tentara Amerika di Saudi ? Padahal tangan-tangan mereka berlumuran darah kaum muslim Sunni di Afghanistan dan Iraq.

Karena itulah, kepada mereka yang selama ini terbuai dengan gerakan “salafi’, hati-hati dengan mereka. Bukalah diri anda terhadap informasi dari semua kaum muslimin. Kemudian baru anda memutuskan untuk menilai sesuatu itu bid’ah atau sunnah. Jangan-jangan, selama ini anda melihat seluruh kaum muslimin kecuali golongan anda sebagai ahli bid’ah karena keterbatasan anda dalam mengetahui dan memahami suatu hadist.

Satu hal lagi yang perlu direnungkan oleh kaum “salafi”. Suatu saat Rasulullah shallallah ‘alayhi wa aalihi wasallam bersabda,” Sungguh kalian nanti akan memerangi jazirah Arab, kemudian Persia, kemudian Rum kemudian Dajjal “ ( H.R. Muslim/Shohih). Menurut saya, hadist ini tidak berkenaan dengan sahabat Nabi. Sebab di akhir hadist disebutkan adanya Dajjal yang akan muncul di akhir zaman. Tentunya mustahil jika para sahabat Nabi akan bertemu atau berperang dengan Dajjal. Hadist ini walaupun sebagian berkenaan dengan Nabi Isa yang akan turun memerangi Dajjal di Syam, namun bagian awal hadist ini mengisyaratkan tentang kegiatan awal dari da’wah Muhammad bin Abdillah Al Mahdi ( Imam Mahdi ) alayhis salaam. Mayoritas ulama’ salaf dan Sunni meyakini Imam kaum muslimin di akhir zaman ini karena riwayat mengenai Al Mahdi ini bersandar pada hadist-hadist shahih.

Yang menarik lagi dalam hadist tersebut adalah bahwa pertama kali yang akan diperangi oleh Imam Mahdi adalah para penguasa Jazirah Arab. Tentunya juga termasuk di dalamnya adalah para Ulama’ pendukung penguasa tersebut. Dan jika kita sepakat bahwa saat ini kita hidup di ujung kiamat ( menjelang kiamat ) maka tidak ragu lagi, bahwa jazirah Arab saat diperangi oleh Imam Mahdi dikuasai Kerajaan Saudi saat ini. Dan sudah tentu, hai’ah kibaril ulama’ yang saat ini menjadi bagian terpenting Kerajaan Saudi serta menjadi kiblat kaum “salafi “ di seluruh dunia akan menjadi musuh pertama Imam Mahdi ‘alayhis salaam. Mungkin karena itulah, saat ini ketika di berbagai belahan dunia Islam seperti Mesir, Syiria, Yaman atau Indonesia beredar dengan sangat luas buku tentang Imam Mahdi ‘alayhis salaam serta masa kedatangannya yang semakin dekat yang dikarang oleh berbagai Ulama’. Justru di Saudi anda tidak akan menjumpai buku tersebut. Apalagi adanya Ulama’ “ Salafi” yang mengarang tentang Imam Mahdi ‘alayhis salaam. Mengapa mereka seolah takut mebahas masalah Imam Mahdi ‘alayhis salaam?! Saudaraku…timbanglah posisi anda kembali saat ini. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita semua. Amien. Shalawat salam semoga terlimpah ke haribaan Rasulullah shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam. Segala puji hanyalah untuk Allah semata.

* Penulis adalah staf pengajar Pon. Pes. “ Maftahul Uluum “ Jatinom-Blitar

3 komentar:

ViaVi mengatakan...

hati hati artikel anda. lebih baik anda diam, daripada tersesat akan kata kata. smoga Allah merahmati anda selalu.

Unknown mengatakan...

lha ini.. ki ageng jatinom gendeng lan tembel ben.. orang umum kayak saya saja ngerti pembahasan qm itu gendeng bin sempel.. hohoho..

dr pondok Maftahul Uluum gendeng

samsul mengatakan...

wonk edan nulis artikel.ilmu cetek!!!